Tim Dokter Universitas Airlangga Akui Peralatan di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua Berstandar Internasional

daunmedia.dking.id

Dokter Alida, dokter spesialis penyakit dalam yang ditugaskan oleh Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia Cabang Surabaya untuk melakukan rangkai kegiatan penelitian helicobacter pylori di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua secara terang-terangan memuji peralatan endoskopi yang ada di rumah sakit tersebut. Menurutnya, peralatan yang digunakan di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua merupakan peralatan berstandar internasional yang berfungsi sempurna dalam melakukan endoskopi dan biopsy.

“Saya kira alat yang digunakan di sini yang saya pakai tidak kalah canggihnya dengan yang kami pakai di kota-kota lain, standarnya juga merupakan standar internasional. Jadi kita bisa melakukan endoskopi dan biopsy secara baik dengan alat yang berfungsi sempurna,” ungkap dr. Alida.

Dirinya secara khusus mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Kabupaten Belu yang sudah memfasilitasi pihaknya dalam melakukan penelitian.

“Saya pikir RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua yang berada di perbatasan fasilitasnya sudah sangat lengkap,” tutur dr. Alida.

dr. Alida merupakan ketua tim peneliti dari tim helicobacter pylori dan microbiota study Group yang ada di Surabaya di Universitas Airlangga yang bekerja sama dengan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI).

Tim peneliti ini melakukan rangkaian kegiatan penelitian mengenai bakteri pada lambung (Helicobacter Pylori) di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua. Dalam rangkaian penelitian ini pemerintah Kabupaten Belu juga mendatangkan seorang Profesor dari Jepang yakni Prof. Yoshio Yamaoka, M.D., Pd.D dan juga Ketua PEGI pusat yakni Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, MMB, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM.

dr. Alida menjelaskan bahwa secara teknis tim peneliti ini melakukan endoskopi atau teropong saluran cerna bagian atas dan melihat kelainan lambung seperti apa.

“Apakah ada luka, apakah ada sariawan, apakah ada tumor atau polip bisa kita lihat secara kasat mata. Kemudian kita ambil jaringannya atau yang biasa disebut biopsy. Dengan biopsy ini dapat dilihat apakah jaringan tersebut tumbuh normal atau tumbuh kuman helicobacter pylori,” jelasnya.

Selain endoskopi, dalam rangkaian penelitian juga dilakukan pemeriksaan kuman helicobacter pylori yang menggunakan urea breath test dimana pasien ditiup dengan menggunakan suatu alat dan nanti akan dilihat kumannya positif atau tidak.

Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Alida bahwa penelitian ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Belu, terutama dalam hal deteksi dini, sebab jika helicobacter pylori ini dibiarkan dan tidak dibasmi maka akan dapat berkembang menjadi kanker lambung.

“Intinya penelitian ini sangat bermanfaat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat Belu, karena dengan diketahui kebiasaan, dihubungkan dengan penyakit, kita bisa memperbaiki derajat kesehatan masyarakat Belu,” tuturnya. (*)